Translate

Jumat, 19 Juli 2013

Hidup di Dunia Digital

Dunia digital berkembang dengan sangat pesat beberapa tahun belakangan ini. Beberapa tahun yang lalu, untuk berkumpul bersama teman atau keluarga, kita harus melalui proses yang cukup panjang, mulai dari janjian, cari tempat ketemu, waktu yang cukup dan transportasinya. Sekarang? cukup dengan beberapa tombol maka kita bisa menghubungi orang yang kita cari. Belakangan, salah satu program yang paling paling terkenal di dunia adalah online sosial media.

Sosial media bukan sekedar tempat untuk ngobrol ataupun jualan. Sosial media merupakan bagian dari hidup kita. Sosial media adalah kepribadian kita, diri kita sendiri. Melalui sosial media, kita menunjukkan eksistensi kita terhadap masyarakat. Bagi sebagian orang yang pemalu, mereka seolah menjadi orang lain melalui dunia digital tersebut. Dengan kata lain, mereka baru "hidup" jika melalui dunia digital.



Apa pengaruh dunia digital terhadap kehidupan? Saya memiliki teman yang mempunyai kepribadian berbeda di dunia digital dan dunia nyata. Sehari-harinya, dia anak kuper (kurang pergaulan) yang hantya diam, jarang senyum, dan terkesan tidak suka bergaul. Secara penampilan juga tidak terlepas dari kaos dan celana pendek atau jeans. Bagaimana dengan dirinya di dunia digital? Avatarnya, karakter yang mewakili diri kita di sosial media, menunjukkan diri dia adalah orang yang gaul dengan berbagai aksesoris dan terkesan PUNK. Di sosial media juga, dia bisa ngomong panjang lebar tentang kehidupannya, bahkan memberi nasehat kepada orang yang memiliki persoalan di dunia nyata (padahal dia sendiri termasuk yang memiliki masalah di dunia nyata). Dengan demikian, orang yang kenal dengan dia di dunia digital akan menganggap dia sebagai anak gaul, sedangkan temannya di dunia nyata menganggap dia orang kuper. Ironis sekali bukan?



Beberapa tahun yang lalu, kasus seperti ini sangat jarang terdengar. Orang-orang yang dikategorikan kuper, akan dilatih atau terlatih bersosialisasi dikarenakan lingkungan memaksa mereka berbuat demikian. Sekarang, dengan semakin majunya teknologi, manusia bisa menyembunyikan sifat aslinya melalui dunia digital. Rasa kekeluargaan dan persahabatan semakin terkikis dengan jarangnya pertemuan di dunia nyata, digantikan oleh  teknologi seperti video chat dan messenger. Dengan adanya dunia digital, muncul pula manusia dengan topeng digital, manusia dengan kepribadian ganda.

Hidup itu pilihan. Tidak dipungkiri, dunia digital merupakan dunia yang sangat menarik dan membantu kehidupan manusia. Akan tetapi, bagaikan pisau, ada sisi potifnya, tentu ada sisi negatifnya. Melalui dunia digital dengan informasi yang tidak terbendung, manusia bebas hidup seperti apapun di dalam dunia tersebut. Pilihannya kembali ke diri kita sendiri. Apakah dunia digital hanya sebagai alat untuk membantu kehidupan, atau kehidupan itu sendiri?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar